Posted by : Aries Monday, 1 July 2013


Para pejuang adalah mereka yang dididik dan dibesarkan melalui berkah subuh. Mereka ditempa oleh subuh hingga mempunyai ruhiyah yang kuat. Subuh adalah keberkahan. Di mana malaikat turun menyapa penduduk bumi. Menjadi saksi bagi doa-doa para pejuang.

Subuh bagi as-Syahid Hasan al-Banna, menjadi bagian dari sejarah hidup yang ia tulis dalam buku hariannya. Subuh yang turut mengantarkannya menjadi salah satu tokoh pergerakan yang pemikirannya paling berpengaruh saat ini. Dalam buku Mudzakirat ad-Da’i wa ad-Daiyah, Hasan al-Banna menulis “Pada liburan musim panas aku dan kawan-kawan biasa berbagi tugas membangunkan orang-orang untuk subuh berjamaah. Biasanya hari pada Jumat. Ada kegembiraan tersendiri bagiku terutama ketika bisa membangunkan para muadzin, sesaat sebelum tiba waktu subuh. Setelah itu aku pergi ke tepian sungai nil menunggu para muadzin mengumandangkan adzan subuh. Lalu aku berbisik dalam hati, “Semoga aku mendapatkan bagian pahala subuh dari orang-orang yang telah kubangunkan. “Barangsiapa yang mengajak (seseorang) kepada petunjuk (kebaikan), maka baginya pahala seperti pahala orang yang mengikutinya, tanpa mengurangi pahala mereka sedikit pun. Setelah subuh berkumandang aku bergegas menuju masjid. Kudapati orang-orang yang sedang khusyuk menunggu shalat subuh. Saat itu kulihat aku adalah orang paling muda di antara mereka”

Subuh bagi Syaikh Ahmad Yasin. Sebelum azan Subuh berkumandang, beliau menyempatkan makan sahur untuk berpuasa sunnah pada hari akhir kehidupannya. Setelah itu dilanjutkan dengan subuh berjamaah bersama beberapa pejuang Hamas. Hari itu masih gelap. Seusai menunaikan Subuh berjamaah, Syeikh Ahmad Yasin didorong keluar dari pintu masjid. Beramai-ramai para pejuang Hamas menyertai beliau menuju rumah. Baru beberapa meter meninggalkan masjid sebuah helikopter Zionis memuntahkan roket ke tubuh lemah berjiwa baja di atas kursi roda itu. Tubuhnya hancur berkeping namun tidak dengan jiwanya. Lalu para malaikat subuh berebut mengantar sang pejuang menghadap Rabbnya.

Subuh bagi sang pejuang. Seperti biasa Umar bin Khattab memimpin subuh berjamaah. Ia belum mau memulai shalat sebelum shaf benar-benar rapi. Sedikit pun tak membolehkan ada celah di antara barisan kaum muslimin. Di rakaat pertama Umar membaca surat Yusuf sambil menunggu jamaah yang terlambat. Namun belum sempat menyelesaikan rakaat pertama tiba-tiba seorang budak majusi menerobos barisan shalat dan menancamkan pisau tepat di bagian perut. Tanpa ampun Umar langsung tersungkur dan akhirnya meninggal karena luka yang begitu parah. Ia tersenyum sesaat sebelum ajal menjemput. “Mahasuci Allah yang tidak mewafatkanku di tangan orang muslim”.

Mereka para pejuang. Memulai dan mengakhiri kehidupan dengan penuh keberkahan. Karena subuh adalah sumber kekuatan.

Subuh bagi para pejuang. Shalat subuh baru akan ditunaikan. Abu Bakar as-Shiddiq maju menjadi imam. Lalu Rasulullah membuka saw pintu rumahnya yang bersebelahan dengan jamaah shalat. Beliau tersenyum menyaksikan para sahabat yang hendak mendirikan shalat. Para sahabat sadar kalau Rasulullah sedang memperhatikan mereka di depan pintu rumahnya. Nyaris saja Abu Bakar melangkah mundur sebagai isyarat agar Rasulullah mengimami mereka, namun Rasulullah berkata, “Lanjutkan shalat kalian…” Rasulullah tersenyum dan menutup kembali pintu rumahnya. Mungkin saat itu Beliau sedang berisyarat,” Andai aku masih sanggup berdiri tentu aku akan turut shalat subuh bersama kalian”. Itulah akhir kehidupan Rasulullah saw. Panutan bagi para pejuang. Dicatat dan dihantar oleh subuh. Dan Begitulah seharusnya kehidupan pejuang. Selalu akrab dengan gelap dan dingin subuh. Wallahu a’lam bisshawab.

Semoga subuh selalu membersamaimu kawan!


Penulis Blog : Fakhri Arrahman
#SahabatNabi4
Follow : SahabatNabi4

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

Welcome to My Blog

Entri Populer

Bagaimana menurut anda tentang blog ini ?

Tukar Link

White Tiger Print Pointer

- Copyright © Budi Mulia - Smk Ti Budi Mulia Ciledug - Powered by Multimedia - Designed by Fakhri Arrahman -